Sabtu, 10 November 2012

Majelis Jejak Nabi November




Ada tiga akhlak asasi pada diri Rasulullah, yang apabila akhlaq ini dimiliki oleh seseorang, maka ketika ia menjadi pemimpin, ia akan ditaati dan dihormati orang yang dipimpinnya, ketika ia menjadi pembicara, ia akan menjadi pembicara yang mengagumkan dan menggerakkan, dan ketika ia menjadi panglima, maka ia akan menjadi panglima yang dicintai oleh anak buahnya bahkan melebihi kecintaan mereka sendiri kepada diri mereka.

Ketiga akhlak asasi Rasulullah itu ada pada surat At Taubah 128:
"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, serta penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin."

1. Merasa berat terasa terhadap apa yang membebani orang-orang yang dipimpinnya.

Dalam shirah diceritakan Rasulullah selalu berusaha merasakan hal yang sama atau bahkan lebih berat daripada beban dan penderitaan para sahabat,padahal sebenarnya beliau bisa saja meminta dan mendapatkan apa-apa yang beliau inginkan dari para sahabat yang sangat mencintainya. Ketika mendapat hadiah pun beliau selalu mengajak semua sahabat untuk menikmatinya bersama. Contoh : pada saat perang Khandaq, ketika para sahabat mengganjal perutnya dengan satu batu untuk sedikit menyamankan perut mereka yang kelaparan, ternyata Rasulullah pun mengganjal perutnya dengan dua batu karena sesungguhnya beliau lebih kelaparan daripada mereka. Ketika Abu Thalhah yang ingin memasakkan kambing untuk Rasulullah kemudian menyampaikannya diam-diam kepada beliau, Rasulullah malah mengumumkannya kepada para sahabat agar dapat menikmatinya bersama. Padahal saat itu Abu Thalhah hanya memasakkan 1 ekor kambing kecil, karena memang hanya itu yang ia punya sehingga ia hanya menawarkannya pada Rasulullah. Namun atas ijin Allah, makanan itu cukup untuk 3.000 pasukan di perang Khandaq, meskipun hal ini tidak tejadi setiap hari :) , hanya pada 'hari-hari istimewa' yang dikehendaki Allah.

2. Sangat menginginkan sekali hidayah atau keimanan bagi umatnya

Kisah sikap Rasulullah kepada penduduk Thaif mengajarkan kita makna kesabaran dalam berdakwah dan pentingnya menanamkan keinginan yang besar agar hidayah datang kepada orang yang kita dakwahi. Sebuah akhlaq yang sangat agung pada diri Rasulullah ketika dakwah beliau ditolak, kemudian beliau dicaci, dihina dan dilempari batu hingga berdarah-darah oleh penduduk Thaif:

a. Bila itu terjadi pada kita, yang kita adukan kepada Allah kemungkinan adalah beratnya beban dan penderitaan tersebut, pertanyaan kenapa bantuan dari Allah tidak kunjung datang, dll. Namun apa yang manusia agung itu adukan pada Allah? Sambil kelelahan dan duduk di bawah sebuah pohon,yang Rasulullah adukan kepada Allah adalah pengakuan beliau kepada Allah atas kelemahannya dan masih sedikitnya upaya yang bisa beliau lakukan untuk mendakwahi penduduk Thaif. Subhanallah..
b. Saat malaikat yang diutus Allah untuk melakukan apapun yang Rasulullah kehendaki bagi penduduk Thaif datang, kemudian menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif, beliau menolaknya, beliau memaafkannya, bahkan beliau berharap di kemudian hari dari rahim penduduk Thaif lahir orang-orang yang beriman kepada Allah. Lalu waktu akhirnya menjawabnya dengan lahirlah Khalid bin Walid yang kemudian mendapat julukan Pedang Allah karena ia kemudian menjadi panglima perang yang strateginya selalu dapat mengalahkan musuh-musuh Allah, padahal faktanya ia adalah putera dari Walid bin Mughiroh yang merupakan salah satu penduduk Thaif yang memusuhi Rasulullah dan gencar menyampaikan bahwa Al Qur'an adalah shir yang dipelajari oleh orang-orang Islam. Ini adalah bukti bahwa Rasulullah sangat menginginkan sekali keimanan dan keselamatan bagi umat yang didakwahinya. Kecintaannya ini mengalahkan rasa sakit dan pedih yang beliau rasakan.

3. Penyantun dan penyayang kepada orang-orang mukmin

Beberapa contoh kisah kelembutan dan rasa sayangnya Rasulullah kepada para sahabat:
a. Beliau pernah menasehati Abdullah bin Umar dengan cara yang sangat halus. Caranya beliau berkata kepada para sahabat yang lain bahwa "Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar andai ia mau shalat malam". Akhirnya para sahabat pun berlomba-lomba menyampaiakannya kepada Abdullah bin Umar, awalnya meski sempat tersentak namun juga terharu karena dikatakan lelaki terbaik, Abdullah yang mendengar itu pun akhirnya tidak pernah lagi meninggalkan 1 malam pun tanpa shalat malam hingga akhir hayatnya.
b. Rasulullah hanya tersenyum saja saat para sahabat pernah bercanda bersama dengan saling melempar semangka. Karena meski hal itu mereka lakukan, sesungguhnya keimanan yang ada di dada mereka tetap menggunung.
c. Pada waktu yang lain, ada seorang sahabat yang bercandanya agak keterlaluan. Saat itu ia sedang agak kesal dengan salah seorang sahabat yang lain, maka ia akhirnya mengerjainya dengan menjualnya kepada salah seorang pedagang. Ia malah menjelaskan kepada pedagang itu bahwa sahabatnya itu adalah budak yang agak susah diatur, maka ia menjualnya dengan harga yang murah saja, dan jangan percaya kalau ia nanti mengatakan ia bukan budak, karena ia memang susah diatur. Namun setelah itu ia mengaku kepada Rasulullah bahwa ia baru saja menjual sahabatnya, mendengar itu pun Rasulullah tersenyum, lalu akhirnya memanggil pedagang yang membeli sahabat yang tadi dan berkata, "Biar saya beli budakmu yang terus meronta-ronta itu 10 kali lipat dari harga yang kau keluarkan." Lalu beliau mengumpulkan uang dan membelinya. ^_^
d. Ada juga seorang sahabat yang pernah 'berbuat ulah'. Ia menyembelih unta milik sahabat lain yang sedang ditambat di depan masjid. Saat tahu untanya disembelih orang lain tanpa ijin dulu kepadanya, ia kaget dan menanyakan mengapa hal itu dilakukan. Dengan santainya,sahabat yang masih menguliti unta yang bukan miliknya itu berkata, "Tenang saja, nanti orang yang menjadi imam di masjid itu yang akan membayarnya." Setelah mengetahui itu pun Rasulullah ikut tersenyum karena kejailan sahabat tersebut lalu kemudian membereskan masalah itu.

Nah, yang luar biasanya, meski ketiga akhlaq agung itu sudah dimiliki oleh Rasulullah, Allah masih mengingatkan lagi kepada beliau masih ada kemungkinan berpalingnya orang-orang yang beliau dakwahi dari hidayah (apalagi kita yang mungkin belum memiliki ketiga akhlaq di atas), di ayat selanjutnya yaitu QS. At Taubah 129:

" Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy (singgasana) yang agung."

Ibnu Mubarak dalam tafsirnya tentang Surat At Taubah ayat 129, menjelaskan bahwa makna 'cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Ia' adalah:
1. Bila engkau menyibukkan dirimu dengan urusan akhirat, maka Allah akan mencukupkan urusan duniamu
2. Bila engkau memperbaiki aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu, maka Allah akan memperbaiki yang tampak pada dirimu
3. Bila engkau memperbaiki hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubunganmu dengan manusia.

Maka cukuplah Allah saja bagi kita dan berserah diri kepada Allah atas segala usaha beramal shalih yang telah kita lakukan adalah sesuatu yang wajib dilakukan.
Wallahu 'alam bi showab.

~Semoga bermanfaat~

Majelis Jejak Nabi bulan November by Ustadz Salim A. Fillah at Masjid Al Falah Surabaya
9/11/12 (menjelang hari pahlawan)

Kamis, 01 November 2012

Murabbi, Keikhlasan yang Terus Mengalir, Batu Bata Penyusun Jamaah

Terimakasih Untuk Para Murabbi/Murabbiyah

Apa yang paling berat dilakukan oleh para murabbi/murabbiyah? Sepertinya konsistensi.

Setiap pekan, mereka meluangkan waktu 2-3 jam. Bisa jadi lebih untuk persiapan. Setiap pekan, mereka mengutak-atik waktunya, agar jadwal yang satu ini tidak terganggu. Bahkan dengan urusan anak, istri/suami, maisyah atau tugas kuliah, kecuali urusan yang benar-benar mendesak. Kadang mereka mesti mengisi halaqoh diiringi istri/suami cemberut atau anak menangis. Kadang mereka mesti mengisi dengan melupakan sejenak hutang yang mesti dibayar besok atau uang SPP yang belum terbayar. Ada juga yang mesti mematikan HP-nya agar Si Bos, Atasan atau Klien kebutuhannya tertunda sebentar. Untuk para murabbi/murabbiyah yang telah mapan, biasanya kemapanannya harus dikonversi dengan waktu yang makin sempit. Dengan kewajiban dakwah, rapat,menjaga silaturrahim keluarga, aktif di masyarakat, mereka juga harus merelakan waktunya diberikan untuk anak orang lain, bukan saudara, bukan kerabat. Hanya karena kesadaran akan kewajiban dakwah & manfaat akhirat.

Terima kasih para murabbi/murabbiyah. Kita semua berada di jalan dakwah ini, atas peran murabbi/murabbiyah.

Murabbi/murabbiyah bisa jadi bukan yang paling shaleh, bisa jadi bukan yang paling pintar, bisa jadi bukan yang paling mapan, bisa jadi bukan di struktur yang paling tinggi. Tapi mereka cerminan pribadi ikhlas. Mereka tidak berharap pada para mutarabbi/mutarabbiyah. Bahkan kadang mutarobbi/mutarabbiyah lupa peran mereka. Kadang yang diingat hanya kekurangan mereka. Padahal mereka sejatinya guru, orang tua,syaikh, & pimpinan. Walau kadang mereka tidak sesempurna yang diharapkan. Ala kulli hal, batu bata jamaah dibangun atas jasa mereka.

Untuk para murabbi/murabbiyah jazakumullah & teruslah menjaga keikhlasan sehingga terjaga konsistensi. Karena balasan kebaikan di akhirat tidak berbanding dengan apapun di dunia. Untuk mutarabbi/murabbiyah patutlah kita berterima kasih, doa dalam qiyamul lail sudah sangat berarti.

Dan kadangkala disatu masa dalam hidup berjamaah ini, kita sedang kosong,tidak membina. Kita berharap ALLAH SWT berkenan menjadikan kita jalan bagi hidayah salah seorang hamba-Nya, walau satu orang. Sehingga tanpa kita sangka, kita mempunyai tabungan amal kebaikan yang kita sendiri tidak merasa melakukannya. Aamiin.

#Indonesia.. Harapan Itu Masih Ada

Minggu, 28 Oktober 2012

Adik-Adik Baru

Membina di dakwah sekolah? Ini yang pertama, apalagi sebelumnya saat SMP/SMA saya juga tak terjaring dalam aktivitas dakwah sekolah. Apakah rasanya berbeda? Lalu apa bedanya dengan membina di kampus, terutama kampus besar ?

Sebenarnya yang membedakan adalah usia mad'u yang kita hadapi, sehingga dalam memperlakukan mereka pun berbeda, apalagi latar belakang mereka yang berbeda dengan anak kampusan yang sebagian besar memiliki keluarga yang berlatarbelakang ekonomi menengah ke atas. Ditambah lagi mereka dari kota yang cukup pelosok :). Maka kemungkinan besar ada lebih banyak luka yang harus diobati. Kenapa saya sebut luka? Karena itu yang saya lihat ada pada diri adik-adik ini, dan sangat bisa dimaklumi. Oh, tapi ini bukan berarti mereka tidak potensial berubah menjadi lebih baik, malah sesungguhnya luka yang diobati dengan baik, akan membuat seseorang lebih kuat ke depannya. Karena itu tarbiyah langsung dari Allah.

Luka itu berwujud apa?

Pernah ada sms yang masuk ke hp saya, isinya berbunyi, "Mbak, saya mau tanya, apa sih tujuan manusia hidup di dunia?" Saat itu saya masih dalam perjalanan pulang menuju rumah, malam takbiran menjelang Idul Adha. Wah, sms seperti ini tidak bisa dibalas sekenanya, misal "Oh, tujuan Allah menciptakan manusia dan juga jin adalah untuk beribadah kepada Allah dek, ada kok di Al ur'an." Titik. Karena pasti ada sesuatu di balik pertanyaan yang menurut saya 'berat' ini. Maka saya tambahkan seperti ini, "Tujuan manusia dan juga jin diciptakan itu untuk beribadah kepada Allah, ada di Al Qur'an surat Adz Dzariyat dek, nah sekarang tinggal kita pahami lagi apa itu beribadah, karena semua yang dicintai dan diridhai Allah adalah termasuk ibadah, asal kita meniatkannya hanya untuk Allah, baik itu menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, bahkan tersenyum sekalipun :)

Lalu pertanyaan inti muncul,

"Mbak, boleh tanya satu lagi kan? Apa sih tanda orang tua sayang dengan anaknya, karena saya tidak merasa disayang orang tua saya."

Ini pertanyaan khas anak SMP dan SMA, merasa orang tua mereka jauh dari mereka, tidak menyayangi mereka, dll. Apalagi ditambah memang pola asuh dari orang tua yang akses pendidikannya baik formal maupun tidak kurang. Akhirnya saya minta ijin membalas sms itu nanti setelah sampai rumah, dan ternyata akhirnya harus dilanjutkan saat liqo selanjutnya.

Itu salah satunya, ada lagi yang mengungkapkan, "Mbak boleh tidak nadzar seperti ini, ini bukan saya lho mbak, tapi ibu-ibu yang jualan di sekolah saya, katanya kalau ibu itu dapat VCD player waktu jalan sehat, ibu itu mau shalat lima waktu, gitu boleh tidak mbak?"

Meski kaget, saya coba tetap menjawab dengan tenang, "Yaa, mana boleh dek, nadzar itu dengan sesuatu yang berbentuk ibadah sunnah kepada Allah, lalu karena dinadzarkan jadi wajib, sedangkan kalau shalat lima waktu kan emang wajib ya, ya tidak?"

"Hehe.. iya mbak. Ohya mbak, saya juga pernah nadzar kalau saya menang lomba lari saya akan puasa 7 hari berturut-turut dan lari di lapangan sambil bawa piala, yang lari-lari udah mbak, tapi puasanya sampai sekarang belum saya lunasi, itu harus dilunasi ya mbak?

"Oh iya, itu hutangnya adik sama Allah. Lain kali kalau ragu bisa melakukannya, tidak usah bernadzar yang dirasa berat ya, atau lebih baik berazzam saja, bercita-cita kuat, misal berazzam saya ingin puasa Senin Kamis misalnya, tapi dilakukan sebelum urusannya itu, niatkan karena Allah, sekalian berharap dengan mendekatkan diri kepada Allah seperti itu akan mengabulkan do'a adik agar menang. Dan satu lagi, nadzar itu dengan suatu ibadah yang mendekatkan diri kita pada Allah, kira-kira lari di lapangan sambil bawa piala itu mendekatkan diri kita sama Allah tidak?"

"Hehe.. Nggak mbak."

Masih fokus di muwashaffat pertama dan kedua memang, Salimul Aqidah dan Shahihul Ibadah. Semoga liqa yang mungkin hanya beberapa bulan di kota ini membawa secercah cahaya untuk mereka.

Saat melihat kalian
Hilang semua letih
Seperti melihat diriku dulu
Saat masih terbata
Saat masih mengeja
Makna mengenal Allah
Makna mengenal Rasul
Makna hidup yang sesungguhnya
Makna tugas seorang hamba, seorang manusia...
Ya Allah, tautkan hati - hati kami
Berilah setitik sinarMu yang terang benderang
Yang mampu menghapus segala kelam..
Yang membawa kami menikmati indahnya Islam, ukhuwah dan dakwah....

Berwajah Cerah

 
Mencoba memaknai hadits Rasulullah :“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim).

Kenapa Rasulullah mengajarkan kita untuk berwajah cerah, tidak boleh meremehkannya bahkan.
Padahal, penat seringkali datang mewarnai hari, letih datang menyempitkan hati.

Pernah ada saudari tersayang yang mencoba membantuku memaknai hal itu.
Katanya, "Sepertimu, aku pun menjalani hari-hari yang tak selalu warni. Bertemu banyak wajah di luar yg tak selalu teduh. Dan sepertimu, Tetes peluh karena terik Surabaya seringkali memacu darah berlomba mendaki ubun."

Lalu tambahnya lagi, "Akan tetapi, tiap kali kembali, pulang ke asrama (etos). Ku tanggalkan segenap lelah, juga ragam masalah. Karena ku tahu kau pun letih. Mungkin harimu juga tak ramah ya? Atau beban kuliahmu bertambah? Atau hari ini hatimu sempit sebah? Maka aku ingin tersenyum untukmu :). Sekedar kau tahu, bahwa aku menyapa, peduli kau ada."

Berusahalah tersenyum, meski tak selalu mudah. Bahkan saat duka menyapa hati. Agar setan tak dapat mendekat merapuhkan hatimu. Tersenyumlah saudaraku, dengan penuh ikhlas. Tak ada alasan untuk lara dan tak bersyukur. Kita pun tak pernah tahu siapa yg lebih duka, siapa yang lebih berhak dihibur, aku, kau atau yang lain.

Saat berkumpul bersama, berusahalah berwajah cerah:). Agar teduh tentram siapa yang memandang, lalu kita berbicara hangat dan hati-hati kita pun lekat. Wajah yang cerah menularkan pengharapan, menguatkan satu sama lain. Membuka ruang bagi saudara yang lain untuk bersandar sejenak meredam lelah. Tempat Allah menuangkan rahmat dan cintaNya untuk kita.

Maka akhwati fillah, tersenyumlah selalu saat bertemu saudarimu. Ada kebaikan di sana, yang mengantarkan pada keteguhan kita bersama di jalan ini. :)


Sabtu, 27 Oktober 2012

Dakwah adalah Cinta, dan Cinta akan Meminta Segalanya Darimu

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu..
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah.
Tentang umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu Dakwah, menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu.
Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .
Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah.
Beliau memang akan tua juga.
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz.
Dia memimpin hanya sebentar.
Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung.
Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah.

Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok.
Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal.
Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak.
Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.
Kurang heroik?
Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah;

luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang
bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan.

Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah,
bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak...
Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya.
Setiap hari.
Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis".

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani...
justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi...
akhirnya menjadi adaptasi.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur,
pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman.
Lalu iman akan terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit.

Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda,
dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris.
Namun saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk.

Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.
Tapi saking seringnya "ditinggalkan" , hal itu sudah menjadi kewajaran.
Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu.

Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya,
adalah anak kemarin sore.
Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan,
mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru menjadi target doa para mujahid sejati, "
ya Allah, berilah dia petunjuk... sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang... "

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak.
Jasadnya dikoyak beban dakwah.

Tapi iman di hatinya memancarkan cinta...
Mengajak kita untuk terus berlari...

"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu."
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya
harus mengalah...

Maka...
Luruskanlah niatmu Hai sahabat
Membina umat, menggapai hidayah
Tetapkanlah langkahmu saudaraku,
Dalam menapaki langkah perjuangan
Teguhkanlah jiwamu kawan,
Usah kau ragu dengan janji Rabb mu
Melaju menderu tanpa jemu
Runtuhkan barisan musuhmu..
Allahu Akbar !!

Keutamaan Penghafal Al Qur'an (Hafidz)

 
Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur'an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur'an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh." (HR. Tirmidzi)

Berikut adalah Keutamaan menghafal Qur'an yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an khususnya menghafal.

KEUTAMAAN DI DUNIA

1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah
Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur'an,"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'" (HR. Bukhari)
Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya."(HR. Hakim)

2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)
Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya. "Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari)
Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)
Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda, "Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu
"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi
"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)

6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah
"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)


KEUTAMAAN DI AKHIRAT

1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal
Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)


2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.

3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat
"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat."(Muttafaqun 'alaih)

4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)
Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan
Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)

6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur'an
Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya. "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. At-Turmudzi)

7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)

Semoga kita terus diberikan nikmat menghafal Al Qur'an, yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan dijadikan orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin"

Maraji':

* Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur'an Da'iyah.
* Dr. Yusuf Qardhawi. Berinteraksi dengan Al Quran.

#Mari bersama kembali benar-benar memperhatikan amalan hati, makanan ruh, agar berkah semua aktivitas kebaikan yang kita lakukan. Barakallahu lakum :)

Surat Ayah kepada Anaknya

Assalamu'alaykum wr. wb.
Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Alloh yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.

Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Alloh, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: “TIDAK”, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Alloh. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Alloh.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Alloh. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena aku dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Alloh.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Alloh. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Alloh. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.

Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Alloh tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Alloh, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Alloh. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.

Wassalamu'alykum wr.wb.

*Diambil dari sebuah blog. Semoga menginspirasi :)